
"siapakah yang memperkenankan doa orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepadaNya (annaml:62)
Wednesday, February 2, 2011
Gunung TokWan

news for today
Malaysia to evacuate thousands from Egypt
Malaysia will deploy three military aircraft Wednesday to evacuate thousands of its nationals from Egypt, a top official said amid chaotic protests to oust President Hosni Mubarak.
Defence forces chief Azizan Ariffin said the aircraft would fly to Cairo to airlift Malaysians to Jeddah in neighbouring Saudi Arabia.
"It will be a 24-hour non-stop operation to evacuate about 14,000 Malaysians there," the official Bernama news agency quoted him as saying.
Deputy Foreign Minister A. Kohilan Pillay, who is currently in Cairo and heading the evacuation mission, told AFP the three C-130 transport aircraft would arrive in Cairo late Wednesday.
He added that national carrier Malaysia Airlines and budget airline AirAsia would also begin evacuation flights Wednesday to help Malaysians.
"The demonstrations is going on. But our students are safe. We have assembly points to transport our students to two airports" -- Cairo and Alexandria -- he said.
Gunung
A for ALLAH

Dalam dunia ke-sufi-an, gunung mempunyai makna yang khusus, Syaikh Waasi Achmad Syaechudin (semoga allah merahmatinya) sering mengatakan bahwa : ‘Gunung adalah sebagai lambang kewalian.’ oleh sebab itu, bukan tanpa arti orang-orang terdahulu memberikan gelar kepada raja yang dicintainya dengan sebutan Pakubumi, Mangkualam, atau Pakubuwono, yakni orang-orang yang ditunjuk oleh Allah sebagai gunung untuk menjaga alam sekitarnya atau wilayahnya agar tidak bergejolak, baik secara lahir maupun batin. Memang pantas para raja-raja terdahulu mendapatkan gelar yang demikian, karena disamping ia seorang raja, ia pun seorang yang alim, yang dalam kehidupannya terhampar kemewahan dan kemudahan, namun ia menolaknya dan hidup sederhana. Ia memerintah dengan adil menurut hukum syariat agama, oleh karenanya alam disekitarnya mendukung dan dengan sukarela memberikan apa yang ada padanya, tanah subur, sungai mengalir dengan air yang jernih dan ikan-ikan pun hidup beranak pinak dengan suka cita, udara pun bersih tanpa ada kandungan zat yang berbahaya. Mengapa bisa demikian? Karena Allah membuat rakyat pada waktu itu patuh dan hormat kepada rajanya, tidak ada protes, tidak ada demontrasi, tidak seperti negara demokrasi saat ini, yang dibangga-banggakan namun tanpa makna keadilan. Tidak ada seorang pun yang protes mengapa harus shalat lima waktu, berpuasa, membayar zakat, bershodaqoh dan memberi makan kaum miskin, ini sebuah contoh bahwa kebahagiaan itu mesti diawali dengan sebuah perintah yang harus ditaati tanpa protes sedikitpun meskipun pahit, laksana obat yang menyembuhkan. Para raja terdahulu pada umumnya mempunyai sahabat dan penasihat dalam kehidupan pribadi dan dalam memerintah, yakni seorang syaikh sufi, seorang mursyid. Dan ia pun mengamalkan segala perintah sang syaikh dengan melakukan riyadah dan mujahadah tingkat tinggi, sehingga ia pun memperoleh kewalian, dalam istilah tasawuf disebut kewalian kecil (wilayat sugro) atau kewalian besar (wilayat qubro) serta kewalian malaikat (wilayat malaikah). Sejarah telah mengatakan demikian, dimulai dari dinasti Umayyah, Abbasiyah, Saljuk, Mamluk, sampai Ottoman, dan juga Syaikh Salahudin Al Ayyubi sang penakluk perang salib, semuanya raja-raja atau sultan ini mempunyai penasihat seorang syaikh sufi, lalu mengapa para penguasa saat ini malu mengambil contoh sejarah ini, apakah lantaran mereka telah bertitel kesarjanaan, S3, Doktor atau yang lain? Ketahuilah gelar-gelar itu dibuat oleh manusia dan mereka yang membuat persyaratannya, tetapi gelar kewalian, hanya Allah semata yang menghibahkan. Lalu, atau memang Allah yang menghendaki demikian, bahwa para penguasa sekarang ini dijauhkan dari para syaikh sufi, dan didekatkan kepada kemewahan dan kebanggaan, agar gunung-gunung mengeluarkan isi perutnya?
Para murid tarekat yang sungguh-sungguh didalam riyadhah dan mujahadahnya biasa mendapatkan mimpi berada didalam istana, atau rumah yang letaknya diatas bukit atau gunung, hatinya merasa tenteram dan terlindungi, dirumah itu ia bersuci (berwudlu) dan mendirikan shalat, ada yang bersusah payah dan ada yang mudah, ini sebuah tanda bahwa sang murid akan terbebaskan dari ikatan-ikatan duniawi dan meningkat keadaan spiritualnya. Itulah bukti kasih saying dan keridhaan seorang Syaikh kepada muridnya yang Allah pun ridha kepadanya.
Orang yang waras akan merasa tenang saat memandang gunung, lalu ia memuji Tuhan, sebagaimana ia merasa tenang saat memandang keindahan keadaan spiritual (robithoh) seorang syaikh sufi, segala sesuatu menjadi hilang yang diingat hanya Allah semata.
Apapun perilaku gunung, diamnya, gerak dan letusannya pastilah memberikan manfaat kepada alam sekitarnya, meskipun orang awam akan menyebut 'bencana' bila gunung meletus. Bencana apa? Bukankah alam sekitarnya akan menjadi subur dikemudian hari? Bebatuan, pasir dan mineral lainnya juga bermanfaat bagi makhluk? Jadi jelas! orang yang jauh dari keridhaan Tuhan akan memandangnya sebagai bencana dan sebaliknya orang yang mendapatkan keridhaan Tuhan akan tertancap sebuah keyaqinan bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, semua yang diperbuatnya akan bermanfaat bagi ciptaannya. Akan tetapi hukum syariat mengatakan bahwa berbagi harta, tenaga dan pikiran bagi makhluk yang terkena dampak letusan adalah wajib hukumnya, inipun terhampar manfaat yang begitu tinggi bagi orang-orang yang hidup pada masa letusan dan dapat memahaminya.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua, amiin Yaa Allah Yaa Rabbal Alamiin.
Tuesday, February 1, 2011
Penghuni Syurga
Umat Islam seharusnya bersyukur kerana dikurniakan hidayah dalam mememuk agama yang benar dan diredhai Allah SWT. Namun fenomena hari ini memperlihatkan kepada kita bahawa tidak semua yang menganut Islam itu benar-benar menghayati ajaran agamanya bahkan ada juga yang memilih agama lain (murtad). Betapa mudahnya iman mereka tergoyah dek kerana godaan dan hasutan duniawi. Oleh itu benarlah seperti sabda Rasulullah SAW bahawa umat Islam itu ramai namun nilaian mereka hanyalah seperti buih-buih di lautan yang tidak mendatangkan apa-apa kesan. Mereka mudah dipermain-mainkan oleh pihak musuh bahkan mereka sendiri bertelagah di antara satu sama lain. Justeru meskipun peluang untuk kita menghuni syurga Allah amat besar namun peluang tersebut tidak direbut oleh semua orang. Ramai yang berebut mengejar nikmat dunia yang sedikit ini berbanding dengan nikmat akhirat yang jauh lebih besar. Kesesatan manusia hari ini tidak mustahil membuatkan iman mereka semakin kurang yang akhirnya cara hidup mereka seolah-olah tiada bezanya lagi dengan orang yang kafir.